27 Apr 2012

Lagu dan Identitas Anak Indonesia Masa Kini


Musik sebagai penghibur tidak hanya senang didengar oleh kalangan orang-orang tertentu saja bahkan anak-anak pun menjadi bagiannya. Anak-anak memang lebih banyak menggunakan nyanyian-nyanyian sebagai sarana agar lebih mudah dalam proses penangkapan belajar. Di taman kanak-kanak atau di kelompok bermain pun bernyanyi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar mereka. Karena anak-anak memang identik dengan senang dan gembira. Lalu apa jadinya jika musik-musik yang disajikan pada mereka kebanyakan hanya bercerita tentang cinta-cintaan atau apapun yang sebenarnya belum cocok untuk usia anak-anak. Anak-anak pun sesungguhnya punya hak untuk mendapatkan kesenangan yang mereka inginkan hanya saja realitanya musik anak Indonesia sudah mulai tergusur seiring berjalannya waktu.
Saat ini sudah mulai sulit didapati lagu anak-anak yang ada hanya lagu-lagu orang dewasa. Ada anak-anak yang menyanyi, tapi yang dinyanyikan bukan lagu anak-anak, melainkan lagu-lagu orang dewasa. Saya ingat suatu kejadian diangkot sepulang saya dari kuliah. Saat itu ada seorang anak kecil  pengamen mungkin seumuran kelas satu sekolah dasar. Ia menyanyi seperti layaknya pengamen-pengamen kebanyakan yang dinyanyikan adalah lagu-lagu pop tentang cinta anak-anak muda. Selesai ia menyanyi supir angkot berceletuk “Dek nyanyinya tuh balonku, topi saya bundar,” kata sopir angkot. Si pengamen kecil ini pun menjawab “Emangnya saya anak-anak”. Spontan penumpang satu angkot yang cukup penuh itupun tertawa. “Lah emangnya kamu bukan anak-anak?” kata salah seorang penumpang menambahi. Dia pun hanya tersenyum.
Lucu, sepertinya anak-anak pun mungkin merasa kehilangan identitas dirinya sebagai anak-anak jika kenyataannya mereka selalu disuguhi yang bukan seharusnya mereka dapatkan. Ibaratnya mereka saat ini dewasa sebelum waktunya. Mereka menyimpan apa yang mereka peroleh dari lingkungan. Karena anak-anak ibarat kain putih tergantung dengan warna apa kita mewarnai mereka. Jika anak selalu dicekoki dengan lagu-lagu dangdut misal, bisa jadi ia akan selalu menyanyikan lagu itu. Seperti kejadian pada anak tetangga dekat rumah, setiap kali  bermain ia pasti menyanyi lagu dangdut, aku yang mendengarnya hanya senyum saja. Mungkin bagi orangtuanya itu sebuah prestasi, seorang anak bisa dengan pandainya bernyanyi, pandainya sih benar tapi isinya yang salah. Coba misalnya orangtua mengajarkan hafalan Al Qur’an suatu hari kelak anak itu akan hafal 30 juz Al Qur’an. Biarkan anak memilih yang seharusnya maka peran orangtua pun cukup penting disini, untuk membentuk anak-anak mereka sesuai dengan pikiran dan karakter anak yang seharusnya bukan karakter dari media yang tak sesuai.
Lagu anak-anak pun mempunyai peran penting untuk kembali hadir ke permukaan menyemarakan lagu anak-anak kembali agar mereka punya medianya tersendiri dalam mengeksplor bakatnya. Agar anak-anak tak lagi bingung dengan identitasnya, dengan pilihan lagu favoritnya. Saya lebih senang abang odong-odong yang lewat depan rumah menyetel lagu anak-anak daripada lagu dangdut atau pop lainnya. Mereka jadi lebih tahu tentang keceriaan anak-anak atau tentang keindahan ciptaanNya. Industri musik semoga bisa lebih bersemangat untuk bisa mencetak penyanyi-penyanyi cilik yang memang bisa menjadikan lagu anak-anak lebih blow up, yang perlu diingat lagu anak-anak bukan orang dewasa.
Saya pun begitu merindukan lagu  anak-anak seperti saat dulu, lagu-lagu yang masih belum tercemar dan berisi tentang kepolosan anak-anak. Mari bersama-sama para orangtua, teman-teman dari industri musik, ataupun orang-orang yang memang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan anak-anak di masa depan, bangun anak-anak menjadi generasi yang cerdas dan sesuai dengan karakternya.


1 komentar:

News Kampus mengatakan...

like this poting.

Posting Komentar