12 Apr 2009

Akhi, Bantu Kami Menjaga Cinta Ini



“Sekarang susah sekali mencari pendamping ideal!” ungkap seorang lelaki yang berada tidak jauh dari tempat duduk kami sewaktu istirahat di kantin. “Hee…” aku bergumam sambil memasang ekspresi wajah tanda tanya, mengapa.
“Iya, satu karena susah mendapatkan yang soulmate-sejiwa. Kedua, sekarang yang namanya cover belum sepenuhnya menggambarkan dalamnya gimana. Dengan kata lain, seorang yang nampak agamis belum tentu pribadinya agamis. Contohnya saja,” ia melihat kami sejenak dan melanjutkan “ maaf, mudah-mudahan kalian tidak termasuk jilbaber sekarang yang nampaknya santun, lugu, taat ternyata pacaran juga.”
Saya mengernyitkan dahi. Ia melanjutkan,”Soalnya saya sendiri sudah pernah menguji jilbaber, mengajaknya menjadi kekasihku, ternyata jilbaber itu kasih lampu hijau. Lain waktu, saya dan teman-teman ingin menguji jilbaber lain. Soalnya saya masih ragu. Ternyata hasilnya tidak jauh beda, mereka mudah memberi lampu hijau…”
***
Apa yang terbetik di hati, ketika orang mengatakan perempuan jilbaber gak jauh beda dengan perempuan yang gak berhijab rapi? Menolak tentunya plus sakit hati. Bukan kita yang membuka cempedak, eeh getahnya belepotan sama kita.


Banyak sudah artikel yang ngungkapin kalau yang megang kunci biar pacaran gak terjadi, ada pada perempuan itu sendiri-jilbabernya. Tapi, adilkah bila perempuan selalu dituding salah melalaikan kunci dengan membuka hatinya menerima cinta yang belum menjadi haknya? Seolah-olah perempuanlah yang selalu memulai aktivitas bernama pacaran. Padahal belum tentu, bukan? Banyak juga para lelakilah yang memulainya.
Cita-cita menjaga cinta yang diridhai Allah sebenarnya ada pada setiap perempuan (tanyakan pada hati nurani, insya Allah dia gak akan bohong).
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu..” (Q.S Ar Rum:30).
Para mufassirin menjelaskan bahwa memang pada dasarnya manusia cenderung ingin berbuat kebaikan. Tapi, fitrah itu akan membelok dari kebaikan bila lingkungan buruk terlalu menguasai, ditambah kita tidak mampu membentengi fitrah itu dengan penjagaan ketat.
Perempuan dengan perasaan lembutnya akan luruh juga bila para lelaki menciptakan suasana agar melangkah ke ‘sana’. Setan yang semenjak dahulu kadung berjanji menggoda manusia sampai kiamat datang, menghembuskan pembenaran aktivitas itu dengan mengatakan : langkah untuk mengenal lelaki yang cocok (ta’aruf), siapa tahu jodoh.
Ibarat kutub magnet, ia gak akan bergerak kalau tidak ada kutub berlawanan yang mendekati. Sehingga tidak lebih baik-kah kita menjaga kutub-kutub hati kita masing-masing agar tidak berdekatan?
Yah, laki-laki dan perempuan. Sebab dalam Al Quran saja ada isyarat demikian QS.An Nur:30-31: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…”
Artinya perintah menjaga kesucian bukan hanya pada perempuan, bahkan pada ayat diatas laki-laki yang lebih dahulu diseru menjaga kesucian baru perempuan.

Saling menyalahkan bukan solusi
Sepertinya aktivitas yang satu ini (aktivitas?), bisa jadi tolak ukur seseorang menilai kualitas pribadi. Terutama buat para akhwat. Kenapa tidak? Sebab dari situ juga akan ternilai kualitas iman seseorang. Seorang yang imannya teguh akan berupaya menghindari aktivitas itu karena yakin akan adanya muraqabatullah, pengawasan dari Allah. Dan, tidak berani memupuk cinta yang belum menjadi haknya.
Tidak menutup kemungkinan kita bisa menyadarkan saudari-saudari kita untuk meniti jalan yang lebih selamat. Bukan sekadar mencela. Sebab, mencela sama saja berusaha menjauhkan mereka dengan kita. Melihat kondisi seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali menyadarkan dengan nasihat, berusaha menciptakan kondisi yang kondusif untuk rukhiyahnya, dan berdoa semoga Allah tetap menuntun jalan kita semua.
Intinya, dalam menjaga amanah dari Allah –menjaga kehormatan diri- ini, perlu I’tikad yang baik di antara kita semua. Maka, bantu kami akhi menjaga cinta suci ini sampai Allah meridhai-Nya.

Oleh : Robiyatul Adawiyah
Majalah Sabili