28 Okt 2012

Tentang Mengeluh, Mengeluh dan Mengeluh


Saya sering mengeluh. Satu dua, ketelepasan mengeluh, bergegas menghela nafas, menyesal kenapa begitu mudahnya keluar. Tiga empat, tidak sengaja mengeluh, tapi tidak menyesal, merasa baik2 saja, masa bodo. Lima enam, bahkan merasa berhak sekali untuk mengeluh, sengaja ditunjukkan--termasuk seperti sengaja ditunjukkan pada yang maha melihat.


Saya sering mengeluh, jika hari-hari sejak saya lahir ditandai dengan contreng merah, hingga detik ini, hari ini, maka rasa2nya tidak ada hari yang lolos dari tanda merah. Itu berarti hampir setiap hari sy mengeluh. Mulai dari urusan remah-remah, seperti sesuatu terlambat, menunggu, sesuatu tidak beres, sesuatu tidak selesai, hingga urusan yang lebih serius macam kesehatan, keran rezeki, kesempatan, takdir, dsbgnya. Jangan tanya tentang koneksi internet yang lelet, cuaca panas, gerah, cuaca dingin, hujan, itu favorit keluhan. Trending topic dunia soal mengeluh.Jika hati saya sedang tenang, kalem. Berpikir lebih jernih, mengingat2 keluhan itu rasa2nya seperti tidak percaya. Bagaimana mungkin? Bukankah kita semua tahu, mengeluh tidak pernah menyelesaikan masalah. Itu mungkin benar, mengeluh bisa menyalurkan ekspresi frustasi, konon katanya bisa membuat lebih lega, tapi jelas itu bukan bentuk penyaluran yang positif. Karena sama seperti orang marah, boleh jadi benar, nonjok orang di sebelah bisa membuat lega, marahnya tersalurkan, tapi jelas, itu bukan bentuk penyaluran yang baik. Malah tambah panjang. 

Tapi kalau sudah paham mengeluh tdk menyelesaikan masalah, kenapa kok masih saja mengeluh?Kalau dipikir2 lebih jauh, bukankah semua orang benci dengan teman/tetangga/saudara yang suka mengeluh. Bete bahkan baru melihat mukanya, tuh si tukang ngeluh datang. Tapi kenapa, kita yg benci pengeluh, juga suka mengeluh? Urusan ini kenapa jadi membingungkan sekali. Bukankah kita menyadari betul bahwa di luar sana, boleh jadi ada orang yg lebih susah, sulit, tapi mereka baik2 saja, tidak mengeluh. Dan sebaliknya bukankah, di luar sana, ada orang2 yg justeru kita inginkan posisinya (lebih sukses, lebih kaya, lbh baik), ternyata juga tetap mengeluh. Lantas kenapa kita mengeluh utk mencapai posisi mereka hanya utk kemudian mengeluh lagi. Kita semua tahu itu. Tapi kenapa tetap mengeluh? Aduh, rumitnya.

Sayangnya, saya tidak tahu banyak jawaban atas kebiasaan mengeluh.Saya juga berada satu gerbong besar bersama orang2 yg suka mengeluh. Maka semoga, gerbong saya ini menuju ke arah yg lebih baik, berisi penumpang, yaitu orang2 yg berusaha utk setiap hari memerangi kebiasaan mengeluh. Setiap hari terus berlatih sungguh2 menghilangkan kebiasaan tersebut. Menyenangkan berada di gerbong belajar yg sama, karena jika kita lupa, ketelepasan, ada yg buru2 mengingatkan. Atau dalam titik ekstrem, jika kita merasa berhak mengeluh, berusaha menunjukkan keluhan betapa susahnya hidup kita, maka ada teman yg buru2 menasehati sambil tersenyum.Mungkin, hanya dengan cara itulah kita bisa mengalahkan tabiat mengeluh. 

By : Darwis Tere Liye

27 September 2012


Bismillah…
Kubuka mata pagi ini, sebuah sms dari seseorang dengan waktu yang tertulis pagi-pagi sekali menyambut, ucapan milad karena tepat hari ini adalah miladku, makasih ya J
Sama seperti pagi-pagi sebelumnya pun sama seperti tahun-tahun sebelumnya tak akan ada sesuatau yang istimewa di hari ini karna di keluarga pun memang tak pernah merayakannya. So this day is usual untuk orang lain walaupun akan not usual for me but is no problem hehe…
Hari ini adalah hari memuhasabah diri, mengevaluasi diri sudah sejauh manakah kebermanfaatan kita (aku) di dunia ini. Untuk banyak hal, untuk Allah, dakwah, keluarga, teman-teman dan lainnya. Meski hari ini kondisi tubuh masih tak sepenuhnya fit setelah hari kemarin sakit kepala itu kembali datang ditambah sesuatu hal yang membuat tubuh terasa sakit semua dan lemas. Ah tetap syukuri bagaimana pun kondisi hari ini tetap jalani hari dengan terus mengevaluasi dan memperbaiki diri.
Memasuki usia 23 ini -cukup tua juga sepertinya- berharap akan ada peningkatan kualitas dan kuantitas dalam ibadah, dalam belajar dan hal bermanfaat lainnya.
Usia memang tak menentukan kedewasaan sesorang termasuk aku mungkin, padahal mereka yang jauh lebih muda dibandingku dewasanya bukan main -malu- Tapi sebenarnya kedewasaan itu dilihat dari sudut pandang siapa sih? Kita sendiri atau orang lain? -tanya- -cari jawaban-
Kalo liat angka itu jadi inget satu targetan yang pernah kutulis atas tugas dari seorang dosen. Target yang kadang buat senyum-senyum sendiri hihi…J
Intinya so…seperti tagline yang pernah kutulis.
Perbaikan, Peningkatan, Perubahan.
Semoga….

27 Okt 2012

Catatan Hujan

Hujan aku rindu sekali padamu.
Dulu hampir setiap hari kau menyapaku 
baik dalam intensitas rendah, sedang atau lebat.
Baik itu pagi, siang atau malam.
Tapi kenapa sejak beberapa waktu ini tak lagi kudapati engkau 
menemani hari-hariku.
Kering, gersang yang ada.
Aku rindu melihatmu dari balik jendela, 
membantuku menyelami sejauh mana perjalananku. 
Kehadiranmu memberi sejuk pada hari-hariku,
kehadiranmu menyuburkan tanah-tanah gersang, 
memekarkan bunga-bunga indah dipekaranganku.
Sungguh engkau adalah rahmat dari Tuhan yg tiada batasnya.
Semoga engkau segera hadir membuat senyumku bertambah 
karena senang.

*Lupa kapan buat ini ya...udah lama ada di notes hp